Jumat, 06 Juli 2012

PENGGUNAAN PENDEKATAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGENAI KONSEP PANCA INDERA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Judul Penelitian
“Penggunaan Pendekatan Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mengenai Konsep Panca Indera” (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri I Japara Kecamatan Japara Kabupaten Kuningan)”.

B.    Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya dan indikator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka akan semakin baik pula kualitas sumber daya manusia tersebut dan sebaliknya. Untuk mencapai kualitas sumber daya manusia yang tinggi diperlukan juga guru yang berkualitas dan memiliki kinerja yang tinggi pula.
Pendidikan merupakan salah satu sarana pembangunan yang selalu ditingkatkan, baik kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini sangat diperlukan dalam rangka mengupayakan pembaharuan dan penyempurnaan pendidikan serta menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya kualitas pendidikan pada bangsa tersebut.
Hal ini didasarkan pada pengertian pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. (Depdiknas, 2006:7).
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari siswa karena Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa utuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, dan teknologi. Pembelajaran IPA memilki peran penting dalam perkembangan sikap ilmiah, dan intelektual pesrta didik. Melalui pembelajaran IPA siswa dapat membiasakan diri bersikap dan bekerja secara ilmiah yang pada akhirnya siswa akan terbiasa dapat memecahkan permasalahan secara ilmiah.
Belajar IPA mutlak harus dilakukan siswa sejak dini, untuk membekali siswa dengan kemampuan, berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, kerja ilmiah, bersikap ilmiah dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan, agar siswa dapat memilki kemampuan meneliti, memperoleh, mengelola, memanfaatkan informasi dan teknologi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Selain itu, motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Apabila motivasi belajar tinggi maka prestasi belajar juga tinggi, atau sebaliknya.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas IV SDN I Japara pembelajaran belum maksimal karena keaktifan siswa belum terealisasi dengan baik, masih banyak guru menggunakan metode konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) masih berlangsung secara mekanis dan belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif  mengemukakan pendapat dan belum memanfaatkan kemampuan yang ada pada diri siswa sehingga potensi siswa kurang berkembang. Akibatnya hasil belajar sebagian siswa  kelas IV dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) belum dapat mendeskripsikan panca indera dengan fungsinya.
Karena selama proses pembelajaran guru cenderung lebih berperan aktif menyampaikan materi pelajaran memberikan penjelasan berdasarkan buku sumber, sedangkan siswa hanya mencatat dan mendengarkan. Siswa terbatas hanya menghapalkan konsep-konsep atau langkah-langkah pemecahan suatu masalah. Akibatnya siswa merasa kebingungan dalam memecahkan masalah-masalah yang lebih kompleks.
Salah satu strategi pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah Pendekatan Pembelajaran Inquiry. Inquiry (Penemuan) merupakan model pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik. Yang utama dari metode Inquiry adalah menggunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan dan berpusat kepada keaktifan siswa. Jadi bukan pembelajaran yang berpusat pada guru, melainkan kepada siswa. Itulah sebabnya pendekatan ini sangat dekat dengan prinsip kontruktivis, dimana pengetahuan itu dikonstruksi oleh siswa. Inti dari  metode ini adalah isi dan proses penyelidikan diajarkan bersama dalam waktu yang bersamaan. Siswa melalui proses penyelidikan akhirnya sampai kepada isi pengetahuan itu sendiri.
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGGUNAAN PENDEKATAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGENAI KONSEP PANCA INDERA”, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada SDN I Japara Kecamatan Japara Kabupaten Kuningan. Penelitian ini diharapkan siswa bukan hanya mengingat konsep tetapi juga hasil pengalamannya dalam menemukan sendiri dapat bermanfaat untuk pembelajaran selanjutnya dan bagi kehidupannya sehari-hari.
C.    Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini terfokus pada proses pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas IV SDN I Japara Kecamatan Japara Kabupaten Kuningan dengan pokok bahasan panca indera.
Alasan yang mendasari penggunaan pendekatan inquiry pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengenai  panca indera yaitu pembelajarn yang berawal dari pengetahuan siswa, maka akan membantu siswaa untuk meningkatkan pemahaman suatu konsep, agar hasil belajar siswa meningkat. Sementara itu di sisi lain guru belum mampu untuk melakukan pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil beajar siswa. Oleh karena itu permasalahan ini berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam merancang strategi pembelajaran yang termuat dalam RPP, kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran yang kondusif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Secara garis besar maka masalah dalam penelitian ini adalah :
a.    Kemampuan dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebaiknya menggunakan metode yang bervariatif dalam pembelajarannya yang salah satunya dengan pendekatan inquiry pada materi panca indera.
b.    Kemampuan dalam melaksanakan pelaksanaan proses pembelajaran yang biasa dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, kurang menampakkan keterlibatan siswa dalam belajar secara aktif.
c.    Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi panca indera termasuk belum tuntas, ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dengan rata-rata kelas yang belum mencapai KKM.
D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah diatas, maka lebih khusus rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut :
a.    Bagaimana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pendekatan inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai konsep panca indera di kelas IV SDN I Japara?
b.    Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai konsep panca indera di kelas IV SDN I Japara?
c.    Bagaimana hasil belajar siswa melalui pendekatan inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai konsep panca indera di kelas IV SDN I Japara?
E.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut :
a.    Untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiry dalam meningkatkan hasil belajar siswa mengenai panca indera di kelas IV SDN I Japara.
b.    Untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai panca indera di kelas IV SDN I Japara.
c.    Untuk meningkatkan kemampuan hasi belajar siswa melalui pendekatan inquiry dalam meningkatkan hasil belajar siswa mengenai panca indera di kelas IV SDN I Japara.
F.    Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Ilmiah
    Melalui penelitian ini dapat memperoleh tambahan pengetahuan mengenai teknik-teknik dan ketentuan penggunaan pendekatan inquiry dalam proses pembelajaran yang dapat dikembangkan di SD khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam meningkatkan hasil belajar siswa mengenai panca indera.
2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi Siswa
Dengan penggunaan pendekatan inquiry pada pembelajaran Imu Pengetahuan Alam (IPA), diharapkan dapat membantu dan melatih siswa berfikir kreatif dan logis, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi panca indera.
b.    Bagi Guru
Dengan penggunaan pendekatan inquiry pada proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diharapkan guru dapat mengembangkan keprofesionalan dan kreativitas dalam memberikan pengalaman langsung terutama bagi peneliti dalam memecahkan permasalahan yang ada selama proses pembelajaran di kelas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A.    Kajian Pustaka
1.    Sejarah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang sudah sangat lama dikenal oleh manusia. Berawal dari rasa ingin tahu manusia akan dirinya sendiri, lingkungannya, kelangsungan hidupnya maupun kebutuhan hidupnya.
Dalam sejarah peradaban manusia tidak dapat dipungkiri bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat berperan didalamnya. Pada zaman sebelum masehi ilmu pengetahuan sudah menjadi sorotan. Terdorong oleh adanya keinginan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan memudahkan kegiatannya, maka manusia terus menggali ilmu pengetahuan agar apa yang menjadi keinginannya bisa tercapai dengan mudah sehingga muncullah ilmuan-ilmuan yang fokus pada bidang-bidang tertentu.
Nuchelmans, 1982 (Fatimah : 2007) mengungkapkan bahwa “dengan munculnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan.” Dengan demikian sebelum abad ke 17 ilmu pengetahuan identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa “dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.”
Sementara itu menurut Koento Wibisono 1999 (Fatimah : 2007) mengatakan bahwa filsafat telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi.
2.    Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Ini  berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif. Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya.
Perkembangan peradaban manusia tidak lepas dari peran serta penerapan (Ilmu Pengetahuan Alam) IPA baik dalam mengembangkan berbagai teknologi penunjang kehidupan maupun dalam menerapkan konsep (Ilmu Pengetahuan Alam) IPA dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.
Terdapat tiga hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diantaranya sebagai berikut :
1.    Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sebagai Proses
Proses yaitu urutan atau langkah suatu kegiatan untuk memperoleh hasil pengumpulan data melalui metode ilmiah. Contohnya, pengamatan tentang tumbuhan kacang hijau ditempat terang dan ditempat gelap. Tahapan dalam proses penelitian ini meliputi: (1) observasi, (2) klasifikasi, (3) intrepretasi, (4) prediksi, (5) hipotesis, (6) Mengendalikan variable, (7) Merencanakan dan melaksanakan penelitian eksperimen, dan (8) Menetapkan format tabulasi data.
2.    Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sebagai Produk
Produk adalah hasil yang diperoleh dari suatu pengumpulan data yang disusun secara lengkap dan sistimatis. Contoh, dari hasil pengamatan tanaman ditempat terang dan ditempat gelap maka dihasilkan perbedaan antara lain: (a) bentuk daun, (b) tinggi tumbuhan dan (c) warna tumbuhan. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) sebagai produk terdapat empat bagian, diantaranya:
1. Fakta adalah pernyataan tentang benda yang benar-benar ada atau terjadi
Contoh: Kupang adalah ibu kota propinsi NTT
2. Konsep adalah kumpulan dari beberapa fakta yang saling berhububgan
Contoh: manusia
3. Prinsip adalah kumpulan dari beberapa konsep
Contoh: tumbuhan akan tumbuh keatas
4. Teori atau hukum adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima
Contoh: teori Jean Peaget
3.    Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sebagai Sikap Ilmiah
Beberapa aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada diri anak SD yakni:
1. sikap ingin tahu
2. sikap ingin mendapatkan sesuatu
3. sikap kerja sama
4. sikap tidak putus asa
5. sikap tidak berprasangka
6. sikap mawas diri
7. sikap bertanggung jawab
8. sikap berpikir bebas
9. sikap kedisiplinan diri

3.    Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pembelajaran adalah suatu proses untuk membuat seseorang belajar atau aktivitas yang dilakukan guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung secara optimal. Atau dapat dikatakan juga bahwa belajar adalah aktivitas yang sengaja dilakukan untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan demi tercapainya tujuan pembelajaran melalui suatu proses belajar.
Dalam belajar diperlukan suatu proses untuk menciptakan lingkungan belajar agar siswa terkondisikan untuk belajar sendiri dan dibutuhkan suatu desain pembelajaran yang bisa mengoptimalkan siswa dalam belajar.
 Pembelajaran IPA di SD dapat mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir secara deduktif.
Sementara itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki tujuan tersendiri agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.    Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2.    Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.    Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4.    Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5.    Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6.    Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7.    Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP/MTs.
(BSNP, 2006 : 487)

B.    Kerangka Berfikir
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang merupakan paduan atau gabungan dari ilmu Fisika, Kimia dan Biologi. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diharapkan menjadi wahana bagi siswa agar mempelajari diri sendiri dan alam sekitar saja, tetapi juga untuk prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung di lapangan untuk mengembangkan kompetensi agar siswa menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) harus dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar.
Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai keterampilan yang salah satunya adalah keterampilan memilih startegi pembelajaran.
Siswa perlu diarahkan agar mampu memahami bukan hanya mengingat suatu konsep saja akan tetapi konsep tersebut juga harus tertanam dalam benak (pikiran) siswa melalui kegiatan pembelajaran bermakna yang mengaktifkan siswa dalam belajar, selain itu pengetahuan awal mereka juga perlu diperhatikan dalam rangka membentuk pengetahuan baru yang mereka terima dan pada akhirnya mereka akan  memahami konsep-konsep lain yang ada disekitarnya, sehingga dapat menjadi bekal siswa untuk menghadapi pembelajaran selanjutnya.
Sealin itu guru juga memiliki tugas dalam proses pembelajaran untuk mendorong, memberikan fasilitas dan membimbing belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Selain itu juga guru bertanggung jawab melihat segala sesuatu yang terjadi didalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa dalam belajar baik dari aspek individu seperti nilai penyesuaian diri maupun keterampilan yang harus dikuasai siswa untuk masa depannya kelak.
Penguasaaan terhadap konsep panca indera perlu ditekankan pada siswa sejak dini. Namun, fakta dilapangan menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap konsep panca indera pada siswa kelas IV SDN I Japara masih rendah. Karena selama proses pembelajaran siswa kurang diberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa hanya cukup diberikan penjelasan dan menulis kemudian dihapalkan, yang akibatnya jika diberikan pertanyaan banyak siswa yang mengeluh karena merasa kesulitan untuk menjawabnya dikarenakan mereka belum memahaminya dengan baik. Jadi diperlukan usaha yang serius oleh guru dalam membangun pemahaman siswa terhadap konsep panca indera, salah satunya dengan menggunakan pendekatan inquiry.
Pembelajaran inkuiri beriorientasi pada, keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri
Metode Inquiry merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran untuk menemukan/mengetahui/mendalami suatu konsep. Inquiry dapat diartikan sebagai proses yang dapat ditempuh manusia untuk mendapatkan informasi atau untuk memecahkan suatu permasalahan. Model pembelajaran inquiri didefinisikan Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973) sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri dalam arti luas, ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan yang lain, membandingkan yang ditemukan sendiri dengan yang ditemukan orang lain.
Tujuan umum dari model inquiry adalah membantu siswa mengembangkan ketrampilan intelektual dan ketrampilan-ketrampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan mencari jawaban yang berasal dari keinginan mereka. Dengan model pembelajarn inquiry training akan membawa pikiran siswa untuk melakukan eksperiman dan mengumpulkan data. Dengan demikian berarti siswa telah terpancing untuk mengeluarkan ide-ide ketika guru mengajukan suatu masalah.
C.    Hipotesis
Menurut Sukayati (Yulianti 2008: 20) memberikan pengertian bahwa “rumusan hipotesis tindakan memuat jawaban sementara terhadap persoalan yang diajukan dalam penelitian”. Jawaban ini masih bersifat teoritik dan dianggap benar sebelum terbukti salah melalui pembuktian dengan penggunaan data dari hasil penelitian.
Berdasarkan hasil pengamatan  maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Jika penggunaan pendekatan inquiry pada materi panca indera dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran yang baik  maka, hasil belajar siswa akan meningkat”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Metode Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lwein inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Robin Mc, John Elliot,  Stephen Kemmis, Taggart, Dave Ebbutt dan sebagainya. Di Indonesia sendiri Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sendiri baru dikenal pada akhir tahun 80-an. Menurut Suharsimi (2002) “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan guru dikelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik belajar siswa.”
Berdasarkan pengrtian di atas maka pada penelitian ini peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis Taggrat dengan pelaksanaan satu siklus sama dengan satu kali pertemuan dalam pembelajaran. Dalam satu siklus atau putaran tindakan ini terdiri dari empat komponen atau tahapan yaitu : (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (action), (3) Pengamatan (observing) dan (4) Refleksi (reflection).
Pelaksanaan tindakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan Taggart, dengan pelaksanaan tindakan dalam beberapa siklus. Satu kali siklus mencakup :
1.    Perencanaan tindakan sesuai dengan permasalahan meliputi: menyusun RPP, membuat alat peraga, menyusun LKS, lembar evaluasi, dan instrumen pengamatan.
2.    Pelaksanaan tindakan meliputi: pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP, penggunaan alat peraga untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi dan melaksanakan evaluasi untuk melihat kemampuan hasil belajar siswa.
3.    Selama proses pembelajaran diadakan observasi untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu penelitian. Observasi tersebut mencakup beberapa hal antara lain; merancang RPP, proses pembelajaran dengan penggunaan alat peraga dan hasil belajar siswa.
4.    Berdasarkan hasil temuan dan rekomendasi observasi data yang terkumpul segera diolah dan dideskripsikan maknanya secara klasifikasi, dianalisis, didiskusikan dan dikaji ulang bersama observer. Terutama mengenai kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil refleksi ini digunakan sebagai bahan pertimbangan pada penyusunan rencana perbaikan di siklus berikutnya.
Sementara itu bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif yang melibatkan beberapa pihak dengan jalinan bersifat kemitraan sebagaimana dijelaskan oleh Suharsimi (2008) bahwa :
“Dalam penelitian kolaboratif, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru; ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti.”
Jika setelah suatu siklus selesai diimplementasikan dan direfleksi kemudian mengdakan perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya atau dengan beberapa kali siklus yang diselenggarakan dengan berupaya menerapkan pendekatan inquiry secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar.
Untuk setiap siklus yang ada terfokus pada kegiatan sebagai berikut:
a.    Siklus I : meningkatkan kompetensi guru dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mengelola pelaksanaan pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa mengenai konsep panca indera melalui pendekatan inquiry dan menggunakan alat peraga sederhana yang ada.
b.    Siklus II : meningkatkan kompetensi guru dalam membuatRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mengelola pelaksanaan pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa mengenai konsep panca indera dengan mengidentifikasi bagian-bagian panca indera melalui pendekatan inquiry dengan menggunakan alat peraga sederhana.
c.    Siklus III : meningkatkan kompetensi guru dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mengelola pelaksanaan pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa mengenai konsep panca indera dengan pendekatan inquiry melalui kreativitas siswa dalam menggambar bentuk bagian-bagian panca indera pada kertas karton sebagai alat peraga.
B.    Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel adalah kondisi atau karakteristik yang dimanipulasikan oleh peneliti dan observer agar variabel tersebut dapat terukut. Variabel tersebut didefinisikan dalam bentuk rumusan yang lebih operasional. Variabel penelitian dalam penelitian Tindakan Kelas (PTK) sendiri terdiri dari : variabel input, variabel proses dan variabel output.
1.    Variabel input
Variabel input meliputi kemampuan awal siswa dalam menguasai konsep panca indera serta hal-hal yang berkaitan dengan konsep panca indera. Kemampuan awal guru sebagai bekal dalam merancang proses pembelajaran menggunakan pendekatan inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai konsep panca indera.
2.    Variabel Proses
Variabel proses pada penelitian ini mencakup:
a.    Keterampilan guru dalam membuat RPP dengan pendekatan inquiry pada materi konsep panca indera.
b.    Aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran menggunakan pendekatan inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai konsep panca indera.
c.    Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran melalui pembelajaran inquiry dan alat peraga panca indera sederhana dengan panduan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai konsep panca indera.
3.    Variabel Output
Variabel output (hasil) dari penelitian ini berkaitan dengan kualitas pembelajaran yaitu peningkatan hasil belajar siswa dalam memahami dan mengaktualisasikan konsep panca indera melalui kegiatan pembelajaran pendekatan inquiry. Sub variabel hasil terdiri dari:
a.    Kemampuan guru dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b.    Kemampuan gutu dalam melaksanakan proses pembelajaran, dan
c.    Kemampuan siswa dalam meningkatkan hasil belajar.
Variabel tersebut diukur dengan instrumen observasi terstruktur. Hasil observasi dinilai oleh partisipan secara triangulasi yaitu kepala sekolah, teman sejawat sebagai mitra dan dosen pembimbing. Pengukuran terhadap variabel proses dan variabel hasil dilakukan pada setiap siklus tindakan dan dijadikan sebagai bahan refleksi untuk perbaikan tindakan pada siklus berikutnya.
C.    Jenis dan Sumber Data
1.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.    Riset Lapangan (Field Research), penelitian ini dilakukan secara langsung pada objek yang diteliti yaitu menggunakan angket (quesioner) dengan memberikan soal tertulis kepada siswa.
2.    Riset Kepustakaan (Library Research), dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
a.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.    Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki siswa.
b.    Observasi
Observasi adalah suatu aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Observasi meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh panca indera.
c.    Dokumentasi
Dokumentasi adalah barang-barang tertulis yang dijadikan suatu  dokumen  didalam pelaksanaannya peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen-dokumen, peraturan-peraturan, catatn harian dan lain sebagainya.

a.    Uji Instrumen
Uji instrumen dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tentang terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat instrumen sebagai alat pengumpulan data yang baik sehingga dapat digunakan dalam penelitian.
Adapun uji instrumen tersebut adalah sebagai berikut:
1)    Kategorisasi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini disusun menjadi tiga kategori data yaitu:
a.    Perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan inquiry,
b.    Pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan inquiry, dan
c.    Tes hasil belajar.
2)    Validasi Data
Agar data yang diperoleh valid perlu dilakukan teknik triangulasi dengan tindakan sebagai berikut:
a.    Menggunakan cara yang bervariasi untuk memperoleh data yang sama, misalnya dengan menilai hasil belajar tes tulis dan lisan.
b.    Menggali data yang sama dari sumber yang berbeda.
c.    Melakukan pengecekan ulang dari data yang telah tekumpul untuk kelengkapannya.
d.    Melakukan pengolahan dan analisis ulang dari data yang terkumpul.
e.    Mempertimbangkan pendapat ahli dan teman sejawat, guna pengecekan kebenaran data.
3)    Interpretasi Data
Jika data telah disusun, maka diinterpretasikan berdasarkan teori atau aturan yang telah disepakati antara peneliti dan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sebagai acuan dalam melakukan tindakan selanjutnya.
2.    Populasi dan Sampel
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil mengukur  atau  menghitung kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dengan semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SDN I Japara Kecamatan Japara kabupaten Kuningan.
Sampel adalah sebagian karakteristik populasi dan memiliki karakteristik populasi. Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswai kelas IV SDN I Japara.
D.    Analisa Data
Berdasarkan hasil pengamatan dan data yang terkumpul tahap selanjutnya yaitu analisis data. Utnuk mengecek dan mengetahui apakah data tersebut benar terhadap kualitas pembelajaran dan mempermudah penarikan kesimpulan.
Data dianalisis mulai dari awal penelitian, dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan dan ditapsirkan berdasarkan kajian pustaka. Sedangkan hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan ketentuan belajar siswa.
1.    Coolding atau Lebeling, yaitu penetapan atau pengelompokan jenis kenerja yang diobservasi atau direfleksi pada setiap siklus tindakan. Meliputi kenerja merancang rencana pembelajaran dan instrumen penelitian kinerja dalam mengmplementasikan pendekatan inquiry.
2.    Teknik Triangulasi, merupakan teknik validasi data yang ditentukan oleh keahlian dan sumber data yang berasal dari berbagai pihak yang terkait.
3.    Teknik Kejenuhan, karena keterbatasan waktu penelitian, kejenuhan juga dijadikan teknik validasi data. Dengan teknik ini peneliti memastikan bahwa tindakan dan hasil perbaikan ditetapkan dengan batas optimal keberhasilan tindakan yang realitas dan pragmatis.
E.    Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN I Japara Kecamatan Japara Kabupaten Kuningan dan dilaksanakan pada tanggal 10 April 2012 – 10 Mei 2012.

Rabu, 02 Mei 2012

Keterampilan Dasar Mengajar 1 dan 2

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR I

    KETERAMPILAN MEMBUKA PEMBELAJARAN
A.    Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan secara teratur, logis dan sistematis dari mulai kegiatan membuka, inti, dan kegiatan menutup pembelajaran.  Penerapan setiap langkah pembelajaran tersebut semuanya diarahkan pada upaya membelajarkan siswa, yaitu bagaimana agar dengan kegiatan membuka, kegiatan inti dan kegiatan menutup pembelajaran yang dilakukan oleh guru, berfungsi sebagai instrumen pembelajaran yang dapat memfasilitasi kemudahan belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) pada dasarnya adalah bentuk-bentuk perilaku (kemampuan) yang bersifat khusus dan mendasar (most spesific instructional behaviours) yang harus dimiliki guru sebagai modal dasar untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajaran secara profesional.
B.    Hakikat Membuka Pembelajaran (set induction) 
Membuka pembelajaran (set induction) adalah kegiatan yang dilakukan untuk memulai pembelajaran. Seperti lazimnya dalam setiap kegiatan, kita sering mendengar ada acara pembukaan, yaitu kegiatan mengawali sebelum memasuki kegiatan pokok. Demikian halnya dalam pembelajaran, kegiatan pembukaan adalah kegiatan mengawali sebelum memasuki kegiatan inti pembelajaran.
Pembukaan yang baik akan mengantarkan atau mengkondisikan kegiatan tahap berikutnya dengan lebih lancar dan berkualitas. Sebaliknya bila pada pembukaan tidak mampu memberikan gambaran yang utuh dan mengkondisikan suasana, maka akan mengalami kesulitan untuk tahap kegiatan berikutnya.
1.    Pengertian Membuka Pembelajaran
Keterampilan membuka pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan, aktivitas atau usaha yang dilakukan guru untuk memulai pembelajaran. Membuka pembelajaran (set induction) adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kondisi yang siap mental, menumbuhkan perhatian serta meningkatkan motivasi siswa agar terpusat pada kegiatan belajar yang akan dilakukan. Kegiatan membuka pembelajaran bukanlah kegiatan basa-basi tanpa arah yang jelas. Dengan membuka pembelajaran dimaksudkan untuk mengkondisikan siap mental bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut melatih diri untuk memiliki keterampilan membuka pembelajaran  dengan baik dan tepat.
Kegiatan membuka pembelajaran, walaupun diartikan sebagai suatu aktivitas atau usaha yang dilakukan guru untuk memulai pembelajaran, dalam penerapannya tidak hanya dilakukan satu kali ketika mengawali pembelajaran saja. Membuka pembelajaran dapat dilakukan dalam setiap penggal kegiatan inti selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
2.    Tujuan dan Manfaat Membuka Pembelajaran
Kegiatan membuka pembelajaran tidak cukup hanya dengan melakukan kegiatan yang bersifat administrasi seperti mengecek kehadiran siswa, menyiapkan alat-alat pelajaran, mempersiapkan buku sumber dan kegiatan administrasi lainnya. Membuka pembelajaran selain untuk mempersiapkan hal-hal yang bersifat teknis administrasi, terutama harus memfokuskan pada upaya mengkondisikan kesiapan baik fisik dan mental. Perhatian dan motivasi siswa untuk mengikuti kegiata inti pembelajaran.
Mengacu pada batasan kegiatan membuka pembelajaran seperti dijelaskan diatas, maka tujuan dari keterampilan membuka pembelajaran adalah:
a.    Menciptakan kondisi kesiapan mental siswa untuk mengikuti pembelajaran.
b.    Membangkitkan perhatian dan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran.
c.    Memberikan gambaran yang jelas batas-batas tugas atau kegiatan yang harus dilakukan siswa.
d.    Memberikan gambaran yang jelas tujuan atau kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
e.    Memberikan gambaran yang jelas pengalaman atau kegiatan-kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan.
f.    Menyadarkan siswa pentingnya mencapai tujuan atau kompetensi yang ditetapkan dan hubungannya dengan kehidupan nyata sehari-hari.
3.    Komponen-komponen dalam Membuka Pembelajaran
Unsur-unsur yang dapat dijadikan alternatif dalam kegiatan membuka pembelajaran:
a.    Menarik perhatian siswa.
    Gaya mengajar guru
    Menggunakan multi metoda
    Pola pembelajaran yang bervariasi
    Tempat belajar
b.    Menumbuhkan motivasi siswa
    Kehangatan dan antusias
    Menimbulkan rasa ingin tahu
    Membuat ide yang bertentangan
    Perbedaan individual
c.    Memberi acuan
Acuan dalam pembelajaran adalah gambaran singkat atau deskripsi yang menginformasikan ruang lingkup materi dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
d.    Membuat kaitan
4.    Prinsip Kegiatan Penggunaan
a.    Kebermaknaan
b.    Berurutan dan Berkesinambungan

    KETERAMPILAN MENUTUP PEMBELAJARAN

A.    Latar Belakang
Setelah kegiatan inti pembelajaran, maka tahap berikutnya adalah kegiatan menutup pembelajaran atau sering disebut “penutupan” (closure). Penutupan pembelajaran adalah upaya mengakhiri sementara dari seluruh aktivitas yang telah dilakukan selama pembelajaran. Penutupan juga dimaksudkan untuk menandai telah berakhirnya proses pembelajaran sekaligus untuk mendapatkan gambaran hasil yang dicapai dari proses pembelajaran yang telah dilakukan.
B.    Hakikat Menutup Pembelajaran (closure)
1.    Pengertian Menutup Pembelajaran
Menutup pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pembelajaran (Soli Abimanyu, 1984). Kegiatan inti pembelajaran bisa berlaku dan diterapkan dalam berbagai kemungkinan. Jika dalam satu program pembelajaran memiliki tiga tujuan atau komponen yang harus dikuasai siswa, maka paling sedikit ada tiga kegiatan inti untuk mencapainya.
2.    Tujuan dan Manfaat Menutup Pembelajaran
Kegiatan menutup pembelajaran tidak hanya melalui kegiatan yang bersifat administrasi seperti menyampaikan pengumuman, memberikan tugas, lalu berdo’a dan salam. Menutup pembelajaran harus diarahkan pada sasaran atau tujuan yang lebih luas lagi, seperti:
a.    Untuk memberikan pemahaman yang utuh terhadap materi pokok atau kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
b.    Memantapkan pemahaman siswa terhadap materi pokok atau kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
c.    Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil pembelajaran yang telah diperoleh siswa, sekaligus berfungsi sebagai umpan balik bagi guru.
d.    Untuk memberikan tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan proses dan hasil pembelajaran yang telah dicapai siswa.
3.    Komponen-komponen Menutup pembelajaran
Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam menutup pembelajaran antara lain:
a.    Meninjau Kembali (meriviu)
b.    Menilai
c.    Menyimpulkan
d.    Tindak lanjut
4.    Prinsip-Prinsip penggunaan
a.    Kebermaknaan
b.      Berurutan dan Berkesinambungan
    KETERAMPILAN MENJELAKAN
A.    Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses komunikasi, mengkomunikasi pesan (materi) pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu komunikasi yang sering digunakan oleh guru (mendominasi) dalam kegiatan pembelajaran yaitu komunikasi verbal (lisan) dengan cara menjelaskan materi kepada siswa.
Dalam setiap pembelajaran tidak terlepas dari aspek menjelaskan yaitu untuk membuat sesuatu menjadi semakin lebih jelas, dapat dimengerti dan dipahami. Menjelaskan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting dikuasai oleh calon guru. Hal ini mengingat inti dari pekerjaan guru adalah komunikasi dengan siswa.
B.    Hakikat Keterampilan Menjelaskan
1.    Pengertian Keterampilan Menjelaskan
Secara etimologis kata “menjelaskan” bermakna membuat sesuatu menjadi jelas. Menurut Raflis Kosasi (1985) menjelaskan berarti mengorganisasikan isi pelajaran dalam urutan yang terencana sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Lebih lanjut ia mengatakan penjelasan adalah penyajian informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, sebab-akibat, antara yang diketahui dengan yang belum diketahui.
2.    Tujuan, Manfaat dan Pentingnya Keterampilan Menulis
Salah stu indikator untuk mengetahui tingkat kualitas pembelajaran yaitu adanya kemampuan untuk melakukan “transfer”. Adapun yang dimaksudkan transfer dalam belajar, yaitu manakala siswa mampu menjelaskan konsep-konsep yang telah dikuasainya kedalam bentuk kegiatan lain yang terkait pada situasi lain. Keterampilan menjelaskan harus dikuasai oleh guru dengan tujuan:
a.    Untuk membimbing siswa memahami dengan jelas terhadap sesuatu yang dipelajari.
b.    Untuk membimbing siswa memahami konsep, hukum, dalil dan unsur-unsur yang terkait dengan sesuatu yang dijelaskan secara objektif dan bernalar.
c.    Untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah melalui penerapan berfikir secara kritis, analitis, logis dan sistematis.
d.    Untuk membantu memenuhi rasa ingin tahu siswa (quriousity) terhadap sesuatu permasalahan yang dipelajari/ dihadapi.
e.    Untuk mendapatkan balikan dari siswa tentang pemahamannya terhadap sesuatu yang dijelaskan.
Manfaat dari keterampulan menjelaskan akan diperoleh terutama dalam hal:
a.    Meningkatkan efektivitas penjelasan atau pembicaraan yang dilakukan, sehingga guru dapat memilij bentuk dan jenis penjelasan yang dapat memperjelas permasalahan dan memiliki makna bagi pembelajaran.
b.    Memproyeksikan tingkat pemahaman yang telah dimiliki siswa melalui penjelasan yang telah dilakukan.
c.    Memfasilitasi siswa memanfaatkan sumber pembelajaran secara luas dan bervariasi.
d.    Memecahkan kekurangan sumber pembelajaran yang dimiliki siswa.
Pentingnya Keterampilan Menjelaskan yaitu:
a.    Tidak semua siswa dapat menggali sendiri pengetahuan dari buku atau sumber lainnya.
b.    Penjelasan yang diberikan oleh guru kadang-kadang tidak jelas bagi siswa, tetapi hanya jelas bagi guru sendiri.
c.    Kebiasaan yang masih sering dilakukan dalam pembelajaran dikita yaitu guru cenderung lebih mendominasi kelas, dan sebagian besar kegiatan guru adalah memberikan informasi lisan atau menjelaskan.
d.    Kurangnya sumber yang tersedia yang dapatdimanfaatkan siswa dalam proses belajar.
3.    Unsur-unsur Keterampilan Menjelaskan
Ada dua unsur pokok yang harus dikuasai oleh guru untuk melaksanakan keterampilan menjelaskan yaitu:
a.    Keterampilan Merencanakan Penjelasan
Dalam komunikasi pembelajaran paling sedikit ada tiga komponen utama yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan keterampilan menjelaskan yaitu:
    Merencanakan Pesan (materi) yang akan dijelaskan.
    Saluran/ alat atau media yang akan digunakan untuk menjelaskan.
    Karakteristik siswa sebagai penerima penjelasan.
b.    Keterampilan Melaksanakan Penjelasan
    Kejelasan
    Contoh dan ilustrasi
    Penekanan
    Balikan
4.    Prinsip Keterampilan menjelaskan
Kegiatan memberikan penjelasan dimaksudkan agar siswa memperoleh pemahaman yang jelas berkenaan dengan materi yang dijelaskan. Oleh karena itu dalam memberikan penjelasan harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
a.    Keterkaitan dengan tujuan atau kompetensi
b.    Relevan antara penjelasan dengan materi dan karakteristik siswa
c.    Kebermaknaan
d.    Dinamis
e.    Penjelasan dapat dilakukan diawal, ditengah, ataupun diakhir jam pertemuan, tergantung pada kebutuhannya.

KETERAMPULAN DASAR MENGAJAR 2

    KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI DALAM PEMBELAJARAN
A.    Latar Belakang
Dalam praktek pengajaran, keboanan merupakan masalah yang selalu terjadi dan setiap orang tentu berusaha bagaimana mengatasinya. Kebosanan biasanya terjadi apabila seseorang selalu melihat, mendengar, merasakan atau mengalami peristiwa yang sama secara berulang-ulang dan terus menerus (rutin).
Dalam pembelajaran upaya memunculkan cara atau stimulus yang berbeda itu disebut dengan keterampilan mengadakan “stimulus yang bervariasi”. Melalui kegiatan pembelajaran yang dikembangkan secara bervariasi diharapkan dapat lebih meningkatkan apresiasi siswa utnuk belajar secara lebih aktif sehingga berdampak pada peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Secara umum bentuk variasi dalam pembelajaran dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk yaitu, variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan alat dan media pengajaran, dan variasi dalam pola interaksi pembelajaran.
B.    Pengertian
1.    Pengertian Keterampilan Variasi Stimulus
Menurut Montessori bahwa anak memiliki masa peka terhadap stimulus yang diterima melalui panca inderanya. Dengan demikian panca indera yang dimiliki anak merupakan pintu untuk masuknya informasi. Semakin banyak dan bervariasi informasi yang ditangkap melalui panca indera yang dimilikinya, maka akan semakin banyak dan beragam pula informasi yang diperolehnya.
Jadi variasi stimulus adalah keragaman stimulus yang diberikan, sehingga memungkinkan siswa merespon melelui alat indera yang dimilikinya. Melalui pemberian stimulus yang bervariasi, selain akan memperkaya informasi yang diperoleh siswa, juga akan menjadikan proses pembelajaran dapat berjalan secara dinamis dan tidak membosankan.
2.    Tujuan Mengadakan Variasi Stimulus
   Melalui variasi stimulus dalam pembelajaran antara lain bertujuan:
a.    Terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.
b.    Menghilangkan kejenuhan dan kebosanan sebagai akibat dari kegiatan yang bersifat rutinitas.
c.    Meningkatkan perhatian dan motivasi siswa.
d.    Mengembangkan sifat keingintahuan siswa terhadap hal-hal yang baru.
e.    Menyesuaikan model pembelajaran dengan cara belajar siswa yang berbeda-beda.
f.    Meningkatkan kadar aktivitas belajar siswa.
3.    Unsur-unsur Keterampilan Variasi Stimulus
Unsur-unsur pokok yang bisa ditempuh untuk mengembangkan variasi stimulus dalam pembelajaran, secara garis besar dikelompokkan kedalam lima jenis yaitu:
a.    Variasi dalam gaya mengajar
b.    Variasi dalam pola interaksi pembelajaran
c.    Variasi dalam penggunaan media pembelajaran
d.    Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran
e.    Veriasi dalam penggunaan sumber pembelajaran

C.    Prinsip-Prinsip Penggunaan Variasi Stimulus dalam Pembelajaran
Dalam menerapkan variasi pembelajaran bukan hanya beraneka ragamnya jenis-jenis stimulus pembelajaran yang dikembangkan, melainkan ditentukan pula oleh faktor kualitasnya. Oleh karena itu agar penerapan variasi bisa mencapai sasaran pembelajaran secara efektif, maka beberapa prinsip berikut ini harus menjadi pertimbangan yaitu:
a.    Bertujuan
b.    Fleksibel
c.    Kelancaran dan berkisinambungan
d.    Kewajaran atau tidak dibuat-buat
e.    Pengelolaan yang matang

    KETERAMPILAN BERTANYA DASAR
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari bertanya adalah kegiatan yang tidak pernah terlewatkan, dilakukan oleh setiap orang tanpa mengenal batas usia, dan dilakukan dimana saja ketika si penanya menginginkan informasi terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya.  
Pertanyaan yang diajukan dalam kehidupan sehari-hari biasanya dilakukan sekedar untuk memperoleh informasi mengenai sesuatu yang ingin diketahuinya. Keterampilan bertanya sangat penting dikuasi oleh calon guru dan para guru, keterampilan bertanya merupakan kunci untuk meningkatkan mutu dan kebermaknaan pembelajaran. Dengan demikian setiap guru harus terampil dalam mengembangkan pertanyaan,
B.    Pengertian Keterampilan Bertanya Dasar
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia “bertanya” berasal dari kata “tanya” yang berarti antara lain permintaan keterangan. Sedangkan kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam menyelesaikan tugas atau mampu dan cekatan”. Dengan demikian keterampilan bertanya secara sederhana dapat dirumuskan adalah kecakapan atau kemampuan sesorang dalam menerima keterangan atau penjelasan dari orang lain, atau pihak yang menjadi lawan bicara.
Salah satu bentuk konkrit dari sesorang yang memiliki keterampilan mengembangkan pertanyaan yaitu akan menlahirkan pertanyaan-pertanyaan yang cukup baik. Dengan pertanyaan yang baik akan dapat menggali wawasan atau pengetahuan serta kemampuan berpikir pihak yang ditanya. Pertanyaan adalah alat ukur untuk mendapatkan jawaban atau respon dari sesorang. Pengertian itu menunjukkan betapa pentingnya sebuah rumusan pertanyaan karena merupakan kunci untuk mendapatkan respon yang sesuai harapan dari pihak yang bertanya.
Keterampilan bertanya dasar merupakan pertanyaan pertama dan pembuka.  Jadi merupakan kunci awal untuk menggali informasi atau meminta penjelasan sebelum melanjutkan komunikasi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Dengan demikian bertanya dasar adalah pertanyaan pokok atau dasar yang berfungsi sebagai stimulus untuk merangsang munculnya jawaban atau respon dari siswa.
C.    Tujuan, Tipe dan Syarat-syarat Bertanya
1.    Tujuan
Secara terperinci tujuan pertanyaan yang dikemukakan oleh Turney (1979) dalam Siti Julaeha diidentifikasi dalam beberapa aspek berikut:
a.    Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik.
b.    Memusatkan perhatian pada masalah tertentu.
c.    Menggalakan penerapan belajar aktif.
d.    Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
e.    Menstrukturkan tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara meksimal.
f.    Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
g.    Mengkomunikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif daalam pembelajaran.
h.    Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahamannya tentang informasi yang diberikan .
i.    Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorongmengembangkan proses berpikir.
j.    Mengembangkan kebiasaan menanggapi pertanyaan teman atau pertanyaan guru.
k.    Memberi kesempatan untuk belajar diskusi.
l.    Menyatakan perasaan pikiran yang murni kepada siswa.
2.    Tipe Pertanyaan
Tipe atau bentuk pertanyaan sangat beragam, pengguanaan setiap bentuk pertanyaan tergantung pada tujuan yang diharapkan. Jika diidentifikasi paling tidak ada 6 tipe pertanyaan, yaitu:
a.    Pertanyaan yang menuntut fakta-fakta.
b.    Pertanyaan yang menuntut kemampuan membandingkan.
c.    Pertanyaan yang menuntut kemampuan analisis.
d.    Pertanyaan yang menuntut kemampuan memperkirakan (judgment).
e.    Pertanyaan yang menuntut pengorganisasian.
f.    Pertanyaan yang tidak perlu dikemukakan jawabannya.
3.    Syarat-syarat Pertanyaan
Agar pertanyaan mendapatkan respon yang baik sesuai dengan apa yang diharapkan, maka ketika menyampaikan pertanyaan untuk tipe atau bentuk pertanyaan manapun hendaknya memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut.
a.    Pertanyaan disampaikan dengan menggunakan kalimat atau bahasa yang mudah ditangkap oleh pihak yang ditanya.
b.    Pertanyaan dijukan secara klasikal, berikan waktu untuk berpikir kemudian baru ditunjuk salah seorang yang diminta untuk menjawabnya.
c.    Beri kesempatan secara adil dan merata kepada setiap siswa untuk mendapatkan pertanyaan.
d.    Penunujukkan siswa yang diminta jawaban tidak dilakukan secara berurutan atau sistematis, akan tetapi harus diusahakan secara acak agar setiap siswa memusatkan perhatian dan memiliki kesiapan untuk menjawab (belajar).
D.    Komponen Keterampilan Bertanya
Komponen-komponen keterampilan membaca:
a.    Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat.
b.    Pemberian acuan.
c.    Pemusatan.
d.    Pemindahan giliran.
e.    Penyebaran.
f.    Pemberian waktu berpikir.
g.    Pemberian tuntunan.
E.    Prinsip-prinsip Keterampilan Bertanya Dasar
Prinsip-prinsip pokok yang harus diperhatikan oleh para guru dan  calon guru dalam menggunakan keterampilan bertanya antara lain:
a.    Kehangatan dan keantusiasan.
b.    Memberikan waktu berpikir.
    Mengulangi pertanyaan sendiri.
    Mengulangi jawaban siswa.
    Menjawab pertanyaan sendiri.
    Mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban sejenak.
    Mengajukan pertanyaan ganda.
    Menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan.

    KETERAMPILAN BERTANYA LANJUT
A.    Latar Belakang
Dalam setiap kegiatan pembelajaran, disadari atau tidak kegiatan bertanya selalu dilakukan. Penggunaan pendekatan, metode, strategi atau teknik pembelajaran apapun “bertanya” selalu ada. Tujuannya bermacam-macam, dari mulai hanya sekedar meminta informasi, klarifikasi, penjelasan atau harapan mendapatkan jawaban yang lebih luas atau mendalam lagi.
B.    Pengertian
Pertanyaan lanjut adalah kelanjutan dari pertanyaan pertama (dasar) yaitu untuk mengorek atau mengungkap kemampuan berfikir yang lebih dalam, analisis, dan komprehensif dari pihak yang diberi pertanyaan (siswa). Keterampilan bertanya lanjut lebih mngutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir, memperbesar partisipasi dan mendorong lawan bicara agar lebih aktif dan kritis mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Melalui bertanya lanjut setiap siswa dirangsang untuk aktif berpikir, melakukan berbagai aktivitasbelajar, sehingga proses dan hasil pembelajaran akan lebih dinamis dan berkualitas.oleh karena itu untuk setiap calon guru dan para guru, keterampilan bertanya baik dasar maupun bertanya lanjut harus dilatih dan dikembangkan sehingga akan menjadi kaya kekuatan untuk menunjang kemampuan sebagai tenaga yang lebih profesional.
C.    Tujuan dan Manfaat Bertanya Dasar
Tujuan dan bertanya lanjut dimaksudkan untuk memungkinkan siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengatasi masalah, atau mengembangkan kemauan berpikir secara lebih tajam, analitis dan komprehensif. Secara spesifik tujuan dan manfaat bertanya lanjut adalah:
a.    Mengembangkan kemampuan berpikir siswa untuk menemukan, mengorganisasi, atau menilai atas informasi yang diperoleh.
b.    Meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk dan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan informasi yang lebih lengkap dan relevan.
c.    Mendorong siswa untuk mengembangkan dan memunculkan ide-ide yang lebih kreatif dan inovatif.
d.    Memberikan kesempatan untuk melakukan proses pembelajaran kepada hal-hal yang lebih analitis, rumit dan kompleks.
D.    Penggolongan Pertanyaan Lanjut
Berdasarkan taksonomi dari Bloom, pertanyaan dapat digolongkan kedalam enam kelompok atau jenis, yaitu:
a.    Pertanyaan ingatan (knowledge)
b.    Pertanyaan pemahaman (comprehension)
c.    Pertanyaan penerapan (aplication)
d.    Pertanyaan analisis (analysis)
e.    Pertanyaan sintesis (sintesis)
f.    Pertanyaan evaluasi (evaluation)
E.    Prinsip Penggunaan Bertanya Lanjut
Prinsip-prinsip yang berlaku pada keterampilan bertanya dasar berlaku pula sebagai prinsip bertanya lanjut. Prinsip-prinsip tersebut yaitu  antara lain: kehangatan, keantusiasan, menghindari mengulangi pertanyaan sendiri, mengulangi jawaban siswa, menjawab pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan ganda, dan pertanyaan yang memancing jawaban serentak.
F.    Komponen-komponen Keterampilan Bertanya Lanjut
a.    Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan.
b.    Pengaturan urutan pertanyaan.
c.    Penggunaan pertanyaan pelacak
    Meminta klarifikasi
    Meminta siswa memberikan alasan
    Meminta kesepakatan pandangan
    Meminta ketepatan jawaban
    Meminta jawaban yang lebih relevan
    Meminta contoh
    Meminta jawaban yang lebih kompleks
d.    Peningkatan terjadinya interaksi

Selasa, 07 Februari 2012

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS RANGKAP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) KELAS RANGKAP

Mata Pelajaran    : 1. PKn
                              2. IPS
Materi Pokok      : Kesehatan
Kelas / Semester  : 2 / 1 , 3/ 1
Alokasi Waktu     : 2 x 35 Menit (1 Kali Pertemuan)


1.    STANDAR KOMPETENSI
    PKn Kelas 2
-    Menampilkan sikap cinta lingkungan
    IPS Kelas 3
-    Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama disekitar rumah.
2.    KOMPETENSI DASAR
    PKn Kelas 2
-    Mengenang pentingnya lingkungan alam seperti dunia tumbuhan dan dunia hewan.
    IPS Kelas 3
-    Memelihara lingkungan alam buatan disekitar rumah dan sekolah.
3.    INDIKATOR
    PKn Kelas 2
-   Contoh lingkungan alam dan lingkungan buatan.
-   Menceritakan keadaan lingkungan alam dan lingkungan buatan
     disekitar rumahmu.
    IPS Kelas 3
-    Melakukan perawatan lingkungan sekitar rumah.
4.    TUJUAN PEMBELAJARAN
    PKn Kelas 2
1.    Siswa dapat mengetahui contoh lingkungan alam dan lingkungan buatan dengan benar.
2.    Siswa dapat mengetahui arti dari lingkungan alam dan lingkungan buatan dengan benar.
    IPS Kelas 3
1.    Siswa dapat memahami  materi tentang lingkungan alam dan lingkungan buatan, siswa dapat memahaminya.
2.    Siswa dapat melakukan perawatan lingkungan disekitar rumah dengan benar.
5.    MATERI
o    MATERI POKOK
-    Pokok materi : Lingkungan alam dan lingkungan buatan
-    Lingkungan alam adalah lingkungan yang diciptakan oleh Tuhan
untuk manusia.
-    Lingkungan buatan adalah lingkungan yang dibuat oleh manusia.
o    MATERI AJAR
PKn Kelas 2
-    Contoh lingkungan alam : Gunung, sungai, laut, dan hutan.
-    Contoh lingkungan buatan : Rumah, gedung sekolah, jalan raya, dan jembatan.
IPS Kelas 3
Manfaat dari lingkungan alam dan lingkungan buatan yaitu  sama-sama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
-          Cara memelihara lingkungan alam :
•         Menjaga kebersihan
•         Jangan menebang hutan sembarangan
•         Merawat lingkungan
•         Membuang sampah pada tempatnya
-          Cara memelihara lingkungan buatan :
•         Menjaga kebersihan rumah dengan cara menyapu
•         Merawat gedung sekolah
•         Menjaga kebersihan jalan raya
6.    METODE PEMBELAJARAN
a.    Ceramah
b.    Diskusi
c.    Latihan
d.    Simulasi
7.    SUMBER & ALAT
  Sumber :
•    Buku PKn kelas 2 untuk SD/MI, Percetakan Pusat Perbukuan, karangan Sajari, Suharto.
•    Buku IPS Kelas 3 untuk SD/MI Percretakan Pusat Perbukuan, karangan
Muhammad Nursa’ban, Rusmawan.
 Alat :
•    Gambar lingkungan alam dan lingkungan bauatan.

8.    LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
    Kegiatan Awal  (10 menit)
No    Pengalaman Belajar    Alokasi waktu    Pendidikan Karakter
1.    Membuka pembelajaran dengan berdo’a bersama, mengabsen, mengkondisikan anak serta menyiapkan bahan ajar.   
5 menit   
Disiplin
2.    Melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dibahas (pretest)
a.    Siapa yang tadi pagi tidak mandi?
b.    Dimana kita harus membuang sampah?    5 menit    Keberanian

    Kegiatan Inti (45  menit)
No    Pengalaman Belajar    Alokasi waktu    Pendidikan Karakter
1.    Guru menjelaskan tentang lingkungan alam dan lingkungan buatan kepada kelas 2 dan kelas 3.     10 menit    Tanggung jawab
2.    Siswa kelas 2 dan kelas 3 menyimak penjelasan dari guru.    5 menit     Tekun dan Disiplin
3.    Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok masing-masing 4 sampai 5 orang, dengan dipimpin 1 ketua kelompok yang ditunjuk sebagai tutor sebaya.    5 menit    Disiplin
4.    Siswa kelas 2 dan 3 masing-masing melakukan kerja kelompok / diskusi kelas, sedangkan siswa kelas 2 menyajikan hasil diskusi kelompoknya kepada guru.    10 menit    Ketelitian dan Tekun
5.    Siswa kelas 2 melaporkan hasil diskusi kelompok, sedangkan siswa kelas 3 menyajikan hasil kerja kelompoknya.    10 menit     Tanggung jawab
6.     Guru menarik kesimpulan hasil kerja kelompok siswa tentang materi yang telah disampaikan.     5 menit     Keberanian

    Kegiatan Akhir (15  menit)
No    Pengalaman Belajar    Alokasi waktu    Pendidikan Karakter
1.    Guru memberikan test akhir / post test     5 menit    Keberanian
2.    Guru memberikan penilaian     5 menit    Tanggung jawab
3.    Guru menarik kesimpulan dengan memberikan penguatan  tentang materi yang telah disampaikan secara rinci.    5 menit    Tanggung jawab
4.    Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)    5 menit    Tanggung jawab
5.    Menutup pembelajaran dengan memberikan pesan moral “Jagalah Lingkungan Sekitarmu” kemudian  berdo’a.        Tanggung jawab

9.    PENILAIAN
Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran.
a)    Hasil Pembelajaran
Teknik            : Tertulis
Bentuk Instrumen     : Uraian
Prosedur         : Post test
Soal            : Terlampir
b)    Proses Belajar
Lembar Kerja Siswa (LKS)


CATATAN :
Setiap jawaban yang benar diberi skor 1
Total skor = 10
Nilai = Perolehan skor x 100
    Total skor

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

•    PKn Kelas 2
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar !
1.    Lingkungan alam adalah....
2.    Lingkungan buatan adalah.....
3.    Sebutkan contoh lingkungan alam!
4.    Sebutkan contoh lingkungan buatan!
5.    Apa manfaat lingkungan bagi makhluk hidup?
Jawab: 
1.    Lingkungan alam adalah lingkungan yang diciptakan oleh Tuhan
untuk manusia.
2.    Lingkungan buatan adalah lingkungan yang dibuat oleh manusia.
3.    Gunung, sungai, laut, dan hutan.
4.    Rumah, gedung sekolah, jalan raya, dan jembatan.
5.    Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

•    IPS Kelas 3
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar !
1.    Bagaimana cara memelihara lingkungan alam?
2.    Bagaimana cara memelihara lingkungan alam buatan?
3.    Bagaimana cara merawat lingkungan?
4.    Setiap berapa kali sekali kamu membersihkan halaman dilingkungan rumahmu?
5.    Bagaimana keadaan lingkungan dirumahmu?
Jawab:
1.    Cara memelihara lingkungan alam :
•         Menjaga kebersihan
•         Jangan menebang hutan sembarangan
•         Merawat lingkungan
•         Membuang sampah pada tempatnya
2.    Cara memelihara lingkungan buatan :
•         Menjaga kebersihan rumah dengan cara menyapu
•         Merawat gedung sekolah
•         Menjaga kebersihan jalan raya
3.    Dengan tidak membuang sampah sembarang dan selalu membersihkan lingkungan sekitar.
4.    Setiap hari
5.    Keadaan lingkungan dirumahku sudah bersih karena aku selalu membersihkannya setiap hari.

Cirebon, Januari 2012



Mahasiswa




FENI AGUSTIANINGSIH
NIM. 090641166

Kamis, 02 Februari 2012

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) TEMATIK

Mata Pelajaran    : TEMATIK
Materi Pokok        : Kesehatan
Kelas / Semester    : II (Dua) / II (Dua)
Alokasi Waktu    : 4 x 35 Menit (1 Kali Pertemuan)


1.    STANDAR KOMPETENSI
    B. Indonesia
a.    Memahami  pesan  pendek dan dongeng yang dilisankan.
b.    Mengungkapkan secara lisan beberapa informasi dengan mendeskripsikan benda dengan bercerita.
c.    Menyalin puisi anak dengan huruf  tegak bersambung yang rapi.
    Ilmu Pengetahuan  Alam (IPA)
a.    Memahami peristiwa alam dan pengaruh matahari dalam kehidupan sehari-hari.
    Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS)
a.    Memahami kedudukan peran dan anggota dalam keluarga dan  lingkungan tetangga.
2.    KOMPETENSI DASAR
    B. Indonesia
a.    Menyampaikan cerita pendek yang didengarkannya kepada orang lain.
b.    Mendeskripsikan tumbuhan atau binatang disekitar sesuai cirri-cirinya dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami orang lain.
c.    Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung yang  rapi.
    Ilmu Pengetahuan  Alam (IPA)
a.    Mendeskripsikan kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari.
    Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS)
a.    Memberi contoh bentul-bentuk kerjasama dilingkungan  tatangga.
3.    INDIKATOR
    B. Indonesia
a.    Mencatat isi pesan
b.    Menjelaskan ciri-ciri tumbuhan dan binatang secara rinci (nama, ciri khasnya, suaranya, dimana hidupnya) dengan  pilihan kata kalimat runtut.
c.    Menyalin kalimat cetak menjadi tegak bersambung sebanyak 5 kalimat.
    Ilmu Pengatahuan Alam (IPA)
a.    Menjelaskan kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari.
b.    Menyebutkan pengaruh panas dan cahaya  matahari  terhadap manusia.
c.    Memperagakan cara yang aman untuk menghindari pengaruh panas dan cahaya matahari, misalnya tidak menatap matahari secara langsung.
    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a.    Memberi  contoh  cara  memelihara dan  menjaga  lingkungan  alam sekitar.
b.    Menceritakan pengalaman membersihkan lingkungan disekitar rumah.
4.    TUJUAN PEMBELAJARAN
    B. Indonesia
a.    Siswa dapat mencatat  isi pesan  tentang  kesehatan dengan benar.
b.    Siswa dapat menjelaskan ciri-ciri binatang secara rinci.
c.    Siswa dapat menyalin kalimat dengan tulisan  tegak bersambung dengan benar.
    Ilmu Pengatahuan Alam (IPA)
a.    Siswa dapat menyebutkan kegunaan pansa dan cahaya matahari  bagi kehidupan manusia dengan benar.
b.    Siswa dapat menguraikan  pengaruh  yang timbul dari cahaya matahari  pada  manusia dengan benar.
c.    Siswa dapat memperagakan alat yang dapat menghindari dari pengaruh buruk sinar matahari dengan benar.
    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a.    Siswa dapat menyebutkan beberapa contoh cara memelihara lingkungan dengan benar.
b.    Siswa dapat mengungkapkan pengalaman tentang cara membersihkan lingkungan sekitar dengan benar.
c.    Siswa dapat mempraktekkan cara bekerja sama memelihara dan membersihkan lingkungan dengan benar.
5.    MATERI
o    MATERI POKOK
a.    Membaca dan menulis kalimat sederhana.
b.    Sumber energi dan kegunaannya.
c.    Pengaruh sinar matahari terhadap kondisi alam dan lingkungan di bumi.
d.    Kebersihan lingkungan di sekitar rumah.
o    MATERI AJAR
B. Indonesia
Orang tuamu tentu sering berpesan kepadamu. Pesan orang tua untuk kebaikanmu. Misalnya, jangan jajan sembarangan, jangan minum es saat hujan, belajar yang baik disekolah dan lain sebagainya.
IPA
Cahaya matahari pagi sngat baik untuk kesehatan. Kita berjemur untuk kesehatan kulit dan tulang. Siang hari matahari sangat terang dan panas, kita bisa melihat dengan jelas semua benda dan tidak perlu menggunakan alat Bantu seperti lilin atau lampu. Manfaat cahaya matahari sangat banyak, kita dapat menjemur pakaian, kita dapat mengeringkan bahan makanan, tumbuhan membuat makanannya dengan bantuan cahaya matahari. Tanpa cahaya matahari tumbuhan akan mati. Matahari juga berguna untuk menyehatkan tulang dan kulit manusia.
Siang hari yang panas dan terik mengakibatkan mata kita silau. Sinar matahari langsung dapat merusak mata. Kita harus menggunakan kacamata berwarna gelap, agar tidak kepanasan kita memakai topi atau payung. Sekarang banyak bentuk dan warna topi semuanya menarik.  Payung juga terdapat berbagai ukuran dan bentuk. Penggunaannya tergantung pada kebutuhan. Kita harus terlindung dari cahaya matahari secara langsung karena dapat merusak kulit.
IPS
Tumbuh-tumbuhan yang hidup di hutan dan di pegunungan dapat berfungsi untuk  melestarikan air, udara, dan tanah. Akar tumbuhan dapat berfungsi sebagai penahan air, sehingga tidak akan terjadi banjir dan erosi pada saat  hujan deras. Erosi dan banjir menyebabkan lapisan tanah paling atas akan ikut hanyut. Padahal lapisan tanah paling atas adalah yang paling subur. Hutan juga disebut dengan paru-paru dunia. Tumbuhan yang ada di hutan menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida.  Hal ini terjadi pada saat tumbuhan melakukan proses fotosintesis. Oksigen diperlukan makhluk hidup untuk bernapas. Jadi kita tidak boleh membuang sampah sembarangan, tidak boleh menebang pohon sembarangan dan lain sebagainya.

6.    METODE PEMBELAJARAN
a.    Ceramah
b.    Demonstrasi
c.    Pemberian tugas / penugasan
d.    Tanya jawab
7.    SUMBER BELAJAR
a.    Buku paket/ panduan
•    B. Indonesia, Ismoyo & Romiyatun Pusat Perbukuan DEPDIKNAS Prov. Jawa Barat. Hal 40-48
•    IPA/ Sains, E. Kuraesin & Rusli, PT.SARANA PANCA KARYA NUSA hal 57-66
•     IPS, Lili S & Suhanda Effendi PT. SARANA PANCA KARYA NUSA hal 109-122
b.    Buku sumber lain yang dapat  menunjang proses belajar mengajar.
c.    Alat peraga :- Kacamata hitam
  - Topi
  - Payung, dan lain-lain.
8.    LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
    Kegiatan Awal  (20 menit)
No    Pengalaman Belajar    Alokasi waktu    Pendidikan Karakter
1.    Membuka pembelajaran dengan berdo’a bersama, mengabsen, mengkondisikan anak serta menyiapkan bahan ajar.   
10 menit   
Disiplin
2.    Melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dibahas (pretest)
a.    Siapa yang tahu matahari terbit dari sebelah mana?
b.    Apakah sumber energi alami dibumi?    10 menit    Keberanian

    Kegiatan Inti (100  menit)
No    Pengalaman Belajar    Alokasi waktu    Pendidikan Karakter
1.    Guru menjelaskan materi dan siswa mendengarkan.     10 menit    Tanggung jawab
2.    Dengan penjelasan guru, diharapkan siswa dapat mencatat isi pesan yang bertemakan kesehatan     10 menit     Tekun dan Disiplin
3.    Mempraktekkan kerjasma dalam memelihara dan membersihkan lingkungan.    10 menit    Disiplin
4.    Menyalin kalimat dengan huruf tegak bersambung.    15 menit    Ketelitian dan Tekun
5.    Guru menjelaskan tentang kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari.    10 menit     Tanggung jawab
6.     Siswa menyebutkan kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.     10 menit     Keberanian
7.    Guru menjelaskan pengaruh yang timbul dari sinar matahari diantaranya yaitu jika badan terus menerus terkena sinar matahari akan menjadi hitam. Untuk menghindari itu maka perlu menggunakan pelindung seperti payung, kacamata dan yang lainnya.    20 menit    Tanggung  jawab
8.    Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan pendek tentang  pengalamannya membersihkan lingkungan disekitar rumah, dan membacakan hasil karangannya didepan kelas.      15 menit    Tanggung jawab dan Keberanian

    Kegiatan Akhir (20  menit)
No    Pengalaman Belajar    Alokasi waktu    Pendidikan Karakter
1.    Melakukan tanya jawab sesuai materi yang telah disampaikan.     5 menit    Keberanian
2.    Guru memberikan latihan soal;    5 menit    Tanggung jawab
3.    Guru menarik kesimpulan dengan memberikan penguatan  tentang materi yang telah disampaikan.    5 menit    Tanggung jawab
4.    Menutup pembelajaran dengan berdo’a.    5 menit   

9.    PENILAIAN
Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran.
Indikator Pencapaian Kompetensi    Penilaian
    Teknik    Bentuk Instrumen    Contoh Instrumen
B. Indonesia
•    Mencatat isi pesan
•    Menjelaskan cirri-ciri tumbuhan dan binatang secara rinci (nama, cirri khasnya, suaranya, dimana hidupnya) dengan  pilihan kata kalimat runtut.
•    Menyalin kalimat cetak menjadi tegak bersambung sebanyak 5 kalimat.
IPA
•    Menjelaskan  kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari.
•    Menyebutkan pengaruh panas dan cahaya  matahari  terhadap manusia.
•    Memperagakan cara yang aman untuk menghindari pengaruh panas dan cahaya matahari, misalnya tidak menatap matahari secara langsung.
IPS
•    Memberi  contoh  cara  memelihara dan  menjaga  lingkungan  alam sekitar.
•    Menceritakan pengalaman membersihkan lingkungan disekitar rumah.    Tertulis, lisan dan  perbuatan
    Isian, essay dan skala sikap    B. Indonesia
•    Bagaimana cara mencatat isi pesan
•    Jelaskan ciri-ciri tumbuhan dan binatang secara rinci (nama, ciri khasnya, suaranya, dimana hidupnya) dengan pilihan kata kalimat yang runtut.
•    Jelaskan cara menyalin kalimat cetak menjadi tegak bersambung sebanyak 5 kalimat
IPA
•    Jelaskan kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari.
•    Sebutkan pengaruh panas dan cahaya matahari terhadap manusia.
•    Peragakan  cara  yang aman untuk menghindari pengaruh panas dan cahaya matahari, misalnya tidak menatap matahari secara langsung.
IPS
•    Sebutkan contoh cara memelihara dan menjaga  lingkungan alam sekitar.
•    Ceritakan pengalaman membersihkan lingkungan di sekitar rumah.

    Lembara Penilaian
No    Nama Siswa    Performa    Produk    Jumlah Skor    Nilai
        Kerjasama    Partisipasi           
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.                       





LEMBAR KERJA SISWA (LKS)


•    B. Indonesia
Salin dan perbaiki penulisan kalimat berikut ini dengan menggunakan penggunaan huruf sambung dengan memperhatikan huruf  kapital  dan  tanda  titik !
1.    pada hari minggu aku ikut ke pasar bersama ibu
2.    sandy sedang membantu ayahnya bekerja di ladang
3.    bibi ita pandai membuat kue
4.    pak guru mengajari cara sholat yang benar
5.    halim anak yang rajin menabung 
Jawab:
1.    Pada hari minggu aku ikut ke pasar bersama ibu
2.    Sandy sedang membantu ayahnya bekerja di ladang
3.    Bibi ita pandai membuat kue
4.    Pak guru mengajari cara sholat yang benar
5.    Halim anak yang rajin menabung 

•    Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar !
1.    Apa kegunaan panas dan  cahaya  matahari bagi kehidupan?
2.    Apa pengaruh panas dan cahaya matahari bagi manusia?
3.    Bagaimana cara yang aman untuk menghindari dari panas dan cahaya matahari?
4.    Bagaiman cara agar tanaman tidak layu karena terkena sinar mataharai?
5.    Payung  dan  kacamata digunakan untuk?
Jawab:
1.    Untuk menerangi bumi, mengeringkan baju dan fotosintesis pada tanaman.
2.    Bisa membuat kulit manusia menjadi panas.
3.    Menggunakan paying dan kacamata.
4.    Disiram setiap pagi dan sore.
5.    Menghindari dari panas dan cahaya matahari
•    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar !
1.    Bagaimana cara membersihkan dan  memelihara kebersihan dilingkungan sekitar?
2.    Apa saja yang harus dibersihkan dilingkungan sekitar  rumah?
3.    Bagaimana cara melestarikan lingkungan?
4.    Mengapa kita harus menjaga lingkungan?
5.    Bagaimana jika lingkungan alam dibiarkan rusak?
Jawab:
1.    Dengan cara membersihkan selokan yang ada disekitar rumah, dan membuang sampah pada tempatnya.
2.    Rumah,tempat umum,  kamar mandi, selokan, jalan dan lain-lain.
3.    Dijaga dan dipelihara dengan selalu menjaga kebersihannya.
4.    Agar tidak terjadi  bencana seperti banjir, longsor dan pencemaran.
5.    Akan terjadi bencana seperti longsor, banjir dan lain-lain.

CATATAN :
o    Nilai akhir = (Jumlah skor : jumlah skor maksimal) x 10

Cirebon, Januari 2012


Mengetahui,
Guru Tematik Kelas II


(FENI AGUSTIANINGSIH)
NIM : 09064166

Minggu, 15 Januari 2012

“PERUBAHAN DAN KONFLIK SOSIAL


A.    PERILAKU SOSIAL
Sebagai makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayatnya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan relasi interpersonal. Dalam relasi interpersonal itu ditandai dengan berbagai aktivitas tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan berdasarkan naluriah semata atau justru melalui proses pembelajaran tertentu. Berbagai aktivitas individu dalam relasi interpersonal ini biasa disebut perilaku sosial.
Krech et. al. (1962:104-106) mengungkapkan bahwa untuk memahami perilaku sosial individu, dapat dilihat dari kecenderungan-kecenderungan ciri-ciri respon interpersonalnya, yang terdiri dari : (1) Kecenderungan Peranan (Role Disposition); yaitu kecenderungan yang mengacu kepada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang individu, (2) Kecenderungan Sosiometrik (Sociometric Disposition); yaitu kecenderungan yang bertautan dengan kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain, dan (3) Ekspressi (Expression Disposition), yaitu kecenderungan yang bertautan dengan ekpresi diri dengan menampilkan kebiasaaan-kebiasaan khas (particular fashion).
Lebih jauh diuraikan pula bahwa dalam kecenderungan peranan (Role Disposition) terdapat pula empat kecenderungan yang bipolar, yaitu :
1. Ascendance-Social Timidity
Ascendance yaitu kecenderungan menampilkan keyakinan diri, dengan arah berlawanannya social timidity yaitu takut dan malu bila bergaul dengan orang lain, terutama yang belum dikenal.
2. Dominace-Submissive
Dominace yaitu kecenderungan untuk menguasai orang lain, dengan arah berlawanannya kecenderungan submissive, yaitu mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain.
3. Social Initiative-Social Passivity
social initiative yaitu kecenderungan untuk memimpin orang lain, dengan arah yang berlawanannya social passivity yaitu kecenderungan pasif dan tak acuh.
4. Independent-Depence
Independent yaitu untuk bebas dari pengaruh orang lain, dengan arah berlawanannya dependence yaitu kecenderungan untuk bergantung pada orang lain
Dengan demikian, perilaku sosial individu dilihat dari kecenderungan peranan (role disposition) dapat dikatakan memadai, manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal sebagai berikut : (1) yakin akan kemampuannya dalam bergaul secara sosial; (2) memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya; (3) mampu memimpin teman-teman dalam kelompok; dan (4) tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bergaul. Sebaliknya, perilaku sosial individu dikatakan kurang atau tidak memadai manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal sebagai berikut : (1) kurang mampu bergaul secara sosial; (2) mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain; (3) pasif dalam mengelola kelompok; dan (4) tergantung kepada orang lain bila akan melakukan suatu tindakan.
Kecenderungan-kecenderungan tersebut merupakan hasil dan pengaruh dari faktor konstitutsional, pertumbuhan dan perkembangan individu dalam lingkungan sosial tertentu dan pengalaman kegagalan dan keberhasilan berperilaku pada masa lampau.
Sementara itu, Buhler (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan tahapan dan ciri-ciri perkembangan perilaku sosial individu sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut :
1. Kanak-Kanak Awal ( 0 – 3)
Subyektif    Segala sesuatu dilihat berdasarkan pandangan sendiri
2. Kritis I ( 3 – 4 )
Trozt Alter    Pembantah, keras kepala
3. Kanak – Kanak Akhir ( 4 – 6 )
Masa Subyektif Menuju Masa Obyektif   
Mulai bisa menyesuaikan diri dengan aturan
4. Anak Sekolah ( 6 – 12 )
Masa Obyektif    Membandingkan dengan aturan – aturan
5. Kritis II ( 12 – 13 )
Masa Pre Puber    Perilaku coba-coba, serba salah, ingin diuji
6. Remaja Awal ( 13 – 16 )
Masa Subyektif Menuju Masa Obyektif 
Mulai menyadari adanya kenyataan yang berbeda dengan sudut pandangnya
7. Remaja Akhir  ( 16 – 18 )
Masa Obyektif    Berperilaku sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kemampuan dirinya
   

B.    TINDAKAN SOSIAL
Dalam hidup bermasyarakat, kita pasti mengadakan hubungan dengan orang lain. Hubungan tersebut dalam sosiologi disebut interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan intisari dari kehidupan sosial. Sebelum kita pelajari lebih jauh mengenai interaksi sosial, ada suatu hal yang mendasari terjadinya interaksi sosial, yaitu tindakan sosial. Apakah yang dimaksud dengan tindakan sosial dan apa saja bentukbentuknya? Lebih lengkap akan kita bahas berikut ini. Setiap hari kita melakukan tindakan dengan maksud dan tujuan tertentu. Tindakan itu umumnya berkaitan dengan orang lain, mengingat kodratmu sebagai makhluk sosial.
1. Pengertian Tindakan Sosial
Kita sebagai makhluk hidup senantiasa melakukan tindakantindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan merupakan suatu perbuatan, perilaku, atau aksi yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuan tertentu. Misalnya kamu les bahasa Inggris dengan tujuan agar kamu terampil dan mahir dalam berbahasa Inggris. Tidak semua tindakan manusia dapat dianggap sebagai tindakan sosial. Lalu tindakan yang bagaimanakah yang disebut dengan tindakan sosial? Perhatikan cerita berikut ini. "Suatu sore, Bintang duduk-duduk diteras depan sambil mendengarkan musik. Tiba-tiba ada seorang gadis cantik berambut panjang lewat di depan rumahnya. Dengan maksud untuk menggoda gadis itu, Bintang kemudian bersiul".
Dari cerita di atas, tindakan 'bersiul' yang dilakukan Bintang merupakan bentuk tindakan sosial. Mengapa? Bintang 'bersiul' karena ingin menggoda gadis cantik berambut panjang yang lewat di depan rumahnya. Dari situ, dapatkah kamu memberikan definisi mengenai tindakan sosial? Tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan berorientasi pada atau dipengaruhi oleh orang lain.
2. Jenis-Jenis Tindakan Sosial
Menurut Max Weber, tindakan sosial dapat digolongkan menjadi empat kelompok (tipe), yaitu tindakan rasional instrumental, tindakan rasional berorientasi nilai, tindakan tradisional, dan tindakan afeksi.
a. Tindakan Rasional Instrumental
Tindakan ini dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dengan tujuan yang akan dicapai. Misalnya guna menunjang kegiatan belajarnya dan agar bisa memperoleh nilai yang baik, Fauzi memutuskan untuk membeli buku-buku pelajaran sekolah daripada komik.
b. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai
Tindakan ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang hendak dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh si pelaku. Pelaku hanya beranggapan bahwa yang paling penting tindakan itu termasuk dalam kriteria baik dan benar menurut ukuran dan penilaian masyarakat di sekitarnya. Misalnya menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing.
c. Tindakan Tradisional
Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak rasional. Seseorang melakukan tindakan hanya karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tanpa menyadari alasannya atau membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang akan digunakan. Misalnya berbagai upacara adat yang terdapat di masyarakat.
d. Tindakan Afektif
Tindakan ini sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa pertimbangan-pertimbangan akal budi. Seringkali tindakan ini dilakukan tanpa perencanaan matang dan tanpa kesadaran penuh. Jadi dapat dikatakan sebagai reaksi spontan atas suatu peristiwa. Contohnya tindakan meloncat-loncat karena kegirangan, menangis karena orang tuanya meninggal dunia, dan sebagainya.

C.    INTERAKSI SOSIAL
a.    Pengertian Interaksi Sosial
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial.
Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok” (p. 22). Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial” (p. 50).
“Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung” (Siagian, 2004, p. 216).
Berdasarkan definisi di atas maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok.

b. Macam - Macam Interaksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu (p. 23):
1. Interaksi antara individu dan individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
2. Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya.
3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.

c. Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu (p. 49) :
1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
a. Kerja sama
Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
b. Akomodasi
Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok - kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
c. Asimilasi
Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
d. Akulturasi
Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari
kebudayaan itu sendiri.
2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti :
a. Persaingan
Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.
b. Kontravensi
Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
c. Konflik
Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.

d. Ciri - Ciri Interaksi Sosial
Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain (p. 23) :
a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
b. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
d. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu

e. Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu (p. 26) :
a. Kontak sosial
Adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
b. Komunikasi
Artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.


D.    PERUBAHAN SOSIAL
Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi memang telah ada sejak zaman dahulu. Ada kalanya perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung demikian cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Berikut ini beberapa ilmuwan yang mengungkapkan tentang batasan-batasan perubahan sosial. Gillin dan Gillin menyatakan bahwa perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan, dinamika dan komposisi penduduk, ideologi, ataupun karena adanya penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat.
Samuel Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern atau sebab-sebab ekstern. Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi  istem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain.
1)    Ciri-ciri Perubahan Sosial
Menurut para ahli sosiologi, terdapat beberapa prinsip yang menjadi perubahan sosial, antara lain meliputi:
1.    Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat dapat mengalami perubahan secara lambat atau cepat
2.    Perubahan yang terjadi pada kelembagaan masyarakat tertentu akan diikuti oleh perubahan pada lembaga sosial yang lainnya karena sifatnya yang interdependen
3.    Perubahan sosial yang cepat biasanya menimbulkan disorganisasi yang bersifat sementara di dalam proses penyesuaian diri. Disorganisasi akan diikuti oleh reorganisasi berupa pemantapan kaidah-kaidah baru
Perubahan sosial tidak dapat dibatasi dalam bidang kebendaan atau bidang spiritual saja karena keduanya terdapat hubungan timbal balik yang saling kait mengkait

2)    Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya dan Penyebabnya
Perubahan sosial budaya dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk berikut ini.
1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan lambat disebut juga evolusi. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi adalah perubahan pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana, namun karena masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks. Perubahan cepat disebut juga dengan revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan tertentu. Berikut ini beberapa persyaratan yang mendukung terciptanya revolusi.
a.Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
b. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang mampu memimpin masyarakat tersebut.
c. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan revolusi.
d. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan kepada rakyat.
e. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan untuk dijadikan program dan arah gerakan revolusi.
Contoh perubahan secara revolusi adalah gerakan Revolusi Islam Iran pada tahun 1978-1979 yang berhasil menjatuhkan pemerintahan Syah Mohammad Reza Pahlevi yang otoriter dan mengubah sistem pemerintahan monarki menjadi sistem Republik Islam dengan Ayatullah Khomeini sebagai pemimpinnya.
2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian. Sebaliknya, perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.
3. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan tata pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi. Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan.
Contoh perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah munculnya berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan peralihan tatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.
4. Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.
a . Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern)
1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.

b . Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.
1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
2) Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat me-nyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
3) Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
3). Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
1. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan
a. Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
Kontak dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing dengan budaya sendiri. Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan yang ada.
b.SistemPendidikanFormalyangMaju
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak.
c.Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain.
d.Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi dapat diberikan agarsemakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
e.Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification )
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
f . Heterogenitas Penduduk
Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat dalam upayanya untuk mencapai keselarasan sosial.
g.Orientasi ke Masa Depan
Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
h. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan gerakan revolusi untuk mengubahnya.
i . Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk Memperbaiki Hidupnya
Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
2. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan
a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat menjadi statis.
b . Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, contohnya masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di bawah pengaruh masyarakat lain (terjajah).
c . Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
d . Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas Kebudayaan
Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
e . Adanya Kepentingan-Kepentingan yang Telah Tertanam dengan Kuat ( Vested Interest Interest)
Organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan strata akan menghambat terjadinya perubahan. Golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi tentunya akan mempertahankan statusnya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan terhambatnya proses perubahan.
f . Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain, misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari Barat karena belum bisa melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan, sehingga mereka cenderung menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing.
g . Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan ideologi
masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
h. Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya, memotong padi dengan mesin dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan masyarakat masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong padi tidak akan digunakan.
i. Buruk dan Tidak Nilai Bahwa Hidup ini pada Hakikatnya
Mungkin Diperbaiki Pandangan tersebut adalah pandangan pesimistis. Masyarakat cenderung menerima kehidupan apa adanya dengan dalih suatu kehidupan telah diatur oleh Yang Mahakuasa. Pola pikir semacam ini tentu saja tidak akan memacu pekembangan kehidupan manusia.

4). Perilaku Masyarakat sebagai Akibat Adanya Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya akan mengubah adat, kebiasaan, cara pandang, bahkan ideologi suatu masyarakat. Telah dijelaskan di depan bahwa perubahan sosial budaya dapat mengarah pada hal-hal positif (kemajuan) dan hal-hal negatif (kemunduran). Hal ini tentu saja memengaruhi pola dan perilaku masyarakatnya. Berikut ini hal-hal positif atau bentuk kemajuan akibat adanya perubahan sosial budaya.
1. Memunculkan ide-ide budaya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.
2. Membentuk pola pikir masyarakat yang lebih ilmiah dan rasional.
3. Terciptanya penemuan-penemuan baru yang dapat membantu aktivitas manusia.
4. Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih modern dan ideal.
Berikut ini hal-hal negatif atau bentuk ke-munduran akibat adanya perubahan sosial budaya.
1. Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional.
2. Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan kemajuan budaya dan kemajuan zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun dari sisi pola kehidupannya (cultural lag atau kesenjangan budaya).
3. Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks.
4. Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan masyarakat kota.
5). Sikap Kritis terhadap Pengaruh Perubahan Sosial dan Budaya
Apapun bentuk perubahan sosial budaya akan menghasilkan suatu bentuk, pola, dan kondisi kehidupan masyarakat yang baru. Kalian sebagai pelajar tentu harus bisa menentukan sikap terhadap dampak perubahan sosial budaya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.  Sikap apriori yang berlebihan tentu saja tidak perlu kalian kedepankan, mengingat sikap tersebut merupakan salah satu penyebab terhambatnya proses perubahan sosial budaya yang berujung pada terhambatnya proses perkembangan masyarakat dan modernisasi. Demikian juga dengan sikap menerima setiap perubahan tanpa terkecuali. Sikap tersebut cenderung akan membuat kita meniru (imitasi) terhadap setiap perubahan sosial budaya yang terjadi, meskipun perubahan tersebut mengarah pada perubahan yang bersifat negatif. Kalian diharapkan mampu memiliki dan mengembangkan sikap kritis terhadap proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat. Perubahan sosial budaya yang bersifat positif dapat kita terima untuk memperkaya khazanah kebudayaan bangsa kita, sebaliknya perubahan sosial budaya yang bersifat negatif harus kita saring dan kita cegah perkembangannya dalam kehidupan masyarakat kita. Dalam pelaksanaannya, kalian harus mampu mengikuti perkembangan zaman dengan memperluas pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang. Namun di sisi lain, nilai-nilai dan norma kehidupan bangsa yang luhur harus dapat terus kalian jaga dan lestarikan.

E.    KONFLIK SOSIAL
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

a)    Definisi konflik
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
1.    Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2.    Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3.    Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
b)    Teori-teori konflik
Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosial. Pertama adalah teori konflik C. Gerrtz, yaitu tentang primodialisme, kedua adalah teori konflik Karl. Marx, yaitu tentang pertentangan kelas, dan ketiga adalah teori konflik James Scott, yaitu tentang Patron Klien.
c)    Faktor penyebab konflik
1)    Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2)    Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3)    Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
4)    Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
d)    Jenis-jenis konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
•    konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
•    Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
•    Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
•    Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
•    Konflik antar atau tidak antar agama
•    Konflik antar politik.
e)    Akibat konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
•    meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
•    keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
•    perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
•    kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
•    dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
•    Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
•    Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.
•    Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
•    Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.